Jumat, 18 Juli 2014

Satu Jam(tidak) Lebih Dekat Bersama Desi Riana Purba

Selalu merasa manis

Saya bertemu orang yang sedang bertopang dagu diatas itu ketika saya masih SMP,tepatnya kelas VII.Awalnya kami ditempatkan di kelas yang berbeda,Jadi saya biasanya hanya melihat dia sekilas bergentayangan di sekitar sekolah.Tanpa pernah saling sapa,apalagi saling memukul.Tentu saja.
Baru setelah kelas VIII,susunan komposisi kelas dirombak dan akhirnya saya satu kelas dengan orang yang ada di foto itu.Bagaimana kesan pertama saya terhadapnya?Mengerikan..sungguh.Dia adalah sebuah fenomena membahana.Ah tidak..itu hanya gurauan.Desi Riana pada saat kelas VIII adalah orang yang pelit.Maafkan aku des harus berkata sejujurnya.Aku tahu kau yang sekarang lebih pemaaf,ya kan?
Orang itu adalah pemilik alat tulis dan perkakas terlengkap di kelas,saat itu.Kotak pensilnya besar sekali.Isinya penuh,padat dan berisi.Segala macam alat tulis dibawanya.Bahkan mancis pun dibawanya untuk memperbaiki pulpen yang macet.Alangkah bersyukurnya saya dia tidak melakukan adegan berbahaya dengan mancis itu.Tuhan memang baik.
Kesan paling mendalam tentangnya saat masih kelas VIII adalah "dia pelit".Tapi sepertinya di semester dua kami sudah mulai akrab,walaupun dia juga masih pelit waktu itu.Sekali lagi aku minta maaf atas kejujuran ini des.
***
Satu tahun kemudian kami kembali belajar di kelas sama.GEIXFUE.Begitulah kami menyebut kelas itu.Konon katanya itu singkatan dari Geng IX U 1.(Saya juga tidak mengerti darimana asal-muasal huruf E yang sebatang kara itu).
***
Seingat saya,kami sudah berteman dengan akrab di kelas IX.Melakukan hal-hal diluar nalar,bercerita soal film-film yang baru saja ditonton di TRANS TV, dan menceritakan hal-hal yang tidak masuk akal adalah kegiatan yang masih saya ingat sampai sekarang.
Waktu beranjak dan semester satu berakhir.Ujian Nasional mendekat,tapi tak kunjung membuantnya insaf atas semua keanehannya.Waktu itu kami ada les tambahan di sekolah.Kami tidak pulang kerumah.Kami menunggu sejak pulang sekolah hingga sore hari,saat les sore dimulai.Seperti biasanya,ditengah kebosanan menunggu,dia pun beraksi.Yang saya ingat waktu itu adalah ada seorang teman kami yang sedang berduaan dengan pacarnya di kelas sebelah.Setelah mengetahui hal ini dengan saja kami lewat dari depan kelas itu berkali-kali sambil menyanyi-nyanyi tidak jelas sambil membawa sebuah kayu yang entah untuk apa fungsinya.
Setelah kegiatan yang tidak bermakna itu,kami kembali ke kelas.Dan disitulah tercipta sebuah lagu yang berjudul "Sacharomyces".Tidak usah terlalu penasaran dengan lagu ini.Liriknya hanyalah seputar jamur.Terlalu penasaran dengan lagu ini bisa membuat anda jamuran di kemudian hari.
Waktu terus berlanjut,demikian juga cerita absurd ini.
Di bulan terakhir menjelang Ujian Nasional,seluruh kelas IX di tempatkan secara bersama-sama dalam aula.Suasana disana padat merayap.Sehingga kami merayap saat belajar.
Suasana aula yang gaduh,riuh ricuh dan pengap seringkali membuat tidak konsen saat belajar.Akibatnya,kami malah keseringan bermain,bukannya belajar.Ada satu peristiwa yang masih jelas di ingatan ketika masa-masa belajar di aula ini.
Waktu itu sudah siang,udara pengap.Seperti biasa saya dan Desi duduk berdekatan bersama kira-kira 7 orang lainnya dalam satu baris kursi.Tiba-tiba terciumlah oleh desi sebuah bau yang sangat menyayat kalbu.Ia sangat tidak tahan.Tapi ia juga tidak tahu darimana asal muasal bau jahanam itu.Selama hampir satu jam dia berkutat dengan bau itu.Berkali-kali dia mengeluh akan bau itu.Hingga akhirnya,entah berapa lama kemudian,terpecahkanlah sumber bau itu.Ternayata ada seorang pria tepat disampingnya.Bukan pria tampan nan mempesona.Pria itu hanyalah anak SMP biasa yang sedang duduk dan menyilangkan kakinya.Sehingga terangkatlah kaus kakinya yang bau dan membawa penderitaan bagi hidung si Desi.

***
Itulah kira-kira tentang masa SMP.Setelah UN berlangsung,Desi adalah salah satu siswa peraih nilai tertinggi di Kabupaten Deli Serdang.Saya kira perihal kaus kaki yang bau itu juga berperan besar atas kesuksesan meraih nilai UN yang tinggi.



SEKOLAH MENGENGAH ATAS

Lagi-lagi saya satu sekolah dengannya.Mengapa oh mengapa.Tapi faktanya adalah kami tidak sekelas di kelas X.Dan tidak juga terlalu akrab lagi.Tidak lebih dari seperti orang asing waktu itu.Pernah kami berpapasan tapi tidak saling sapa.Karena beda kelas?Mungkin karena pengaruh Molusca.
***
Di kelas XI kembali lagi kami belajar di kelas yang sama.SELAPAS.Begitu kami sebut nama kelas kami.Sebelas IPA Satu.
Dikelas inilah saya pertama kali bertemu dengan Suci F dan Suci Q.Dua orang ini memutuskan untuk rela berteman dengan Desi sejak kelas X silam.Dan akhirnya juga memutuskan untuk rela dan ikhlas berteman dengan saya sejak kelas XI dan XII.
kiri ke kanan[Suci,Renta,Desi]
Biasanya kami akan satu kelompok jika ada tugas.Pernah satu kali ada tugas diskusi sebuah pelajaran(Dirahasiakan demi ketenteraman bangsa dan segenap tanah air).Kami yang sehari-harinya duduk terpisah jauh dari utara ke selatan,akhirnya duduk bersama dalam sebuah meja yang dgabung-gabungkan.Saya lupa apa tugas yang harus kami kerjakan.Tapi sepertinya mendiskusikan sebuah masalh dan membuat laporannya.Lalu sang guru pun bercakap-cakap di depan.Entah apa yang dibicarakannya.Kami tidak tahu pasti.Karena selama ia bercakap-cakap,demikian juga halnya dengan kelompok kami yang cukup biadab tidak terkontrol itu.Saya juga heran kenapa kami terus berbicara dalam forum kami sendiri.Dan topik pembicaraan kami tidak habis-habis sampai akhirnya kami ditegur setajam-tajamnya oleh guru.Anehnya lagi,kami berbicara dan tertawa dengan keras seakan-akan guru itu sedang tidak berbicara.Betapa lancangnya kami waktu itu.Hingga entah bagaimana caranya,pernah suatu kali dalam pelajaran yang sama,salah satu dari anggota kelompok kami mendapatkan pelajaran yang sangat menyedihkan setelah menyampaikan sebuah pertanyaan kepaada kelompok lain.Kalau tidak salah pertanyaannya diberi predikat tolol.Awalnya kami tersinggung,tapi hal itu selanjutnya jadi bahan tertawaan sendiri.
***
Di kelas XI kami pernah diberikan tugas yang tidak akan pernah terlupakan.Membuat sebuah drama.Ide cerita yang kami buat terinspirasi dari salah seorang teman sekelas kami(lagi-lagi dirahasiakan demi ketenteraman bangsa dan segenap tanah air).Waktu liburan semester kami habis untuk mengerjakan drama itu.Berkali-kali kami gagal,kesulitan dan hampir putus asa drama kami tidak siap sampai tenggak waktu pengumpulan.Tapi akhirnya,drama itu selesai,walaupun sedikit terlambat pengumpulannya.Waktu itu kami cukup puas dengan hasilnya.Walaupun hanya sebuah drama amtiran,kami menyebutnya sebuah film.Dengan judul "Catatan Terakhir".
Setelah pengumpulan drama.Beberapa drama diputar di kelas-kelas saat pelajaran Bahasa Indonesia.Kami mengira bahwa drama-drama terbaiklah yang mendapat kehormatan untuk bisa diputar di kelas-kelas.Kami pun optimis dan berbunga-bunga,karena mengira drama kami akan diputar di kelas-kelas dan orang-orang akan kagum dengan drama kami.Kami terlalu percaya diri.
Setiap kali ada kelas yang sedang belajar Bahasa Indonesia dan memutar sebuah drama,kami akan mendengarkan baik-baik soundtracknya...kira-kira drama siapa yang sedang diputar ya?
Ahh..malangnya nasib kami.Soundtracks drama kami tidak pernah terdengar sekalipun saat kelas lain sedang belajar Bahasa Indonesia.Tapi untunglah ada beberapa teman yang menyaksikan drama kami dan menyatakan pujiannya karena drama kami membuatnya menangis.Syukurlah dia menangis.  (:p)
Tapi sepertinya kelompok kami memang jarang sekali berhasil di pelajaran Bahasa Indonesia.Karena memang kami selalu terlalu kreatif.

saranghae sarang burung


                                                    
                                                          KELAS TERAKHIR DI SMA


XII IPA 1 (SMA NEGERI 1 LUBUKPAKAM)

Dan akhirnya sampailah cerita ini ke bagian terujungnya.Akhirnya saya jadi bingung sendiri tentang fokus cerita ini.Apakah tentang Desi Riana Purba atau justru tentang kelas-kelas yang pernah saya tempati?Tapi baca saja judulnya dulu.Siapa tahu bisa memberi kejelasan,walaupun kurang jelas.

                                                                              ***

Inilah tahun terakhir kami belajar di ruangan yang sama.Tidak mungkin lagi kami menjadi teman sekelas.Karena Desi ingin melanjutkan pendidikannya di jurusan Kedokteran sedangkan saya rencananya akan mempelajari Hubungan Internasional.
***
Di kelas ini banyak sekali cerita-cerita menarik yang sekarang tidak bisa saya ceritakan secara kronologis.Saya senang bisa bertemu dengan Desi,karena biasanya dialah teman yang memikirkan hal-hal yang sama dengan saya.Saya tidak akan pernah lupa tentang lelucon-lelucon yang timbul saat pelajaran terasa sangat membosankan.Saya tidak akan pernah lupa lelucon kumis guru matematika,lelucon guru biologi yang katanya mengagumi dirinya,lelucon tentang babi terbang yang tercipta saat bermain ala "Indonesia Pintar SCTV"  dan lelucon-lelucon gila lainnya yang jauh dibatas nalar manusia normal.
Lepas dari hal-hal konyol itu,aku juga tidak akan lupa tentang cita-citanya kuliah kedokteran di Korea dan menemukan obat kanker.Dan citan-citanya untuk menjadi seorang ibu negara dengan foto keluarga yang telah dirancang sedini mungkin.Dia memang gila.




                                                                    DESI RIANA PURBI


 Hal yang biasanya membuatku jengkel adalah ketika dia bersikap seperti orang tua.Mungkin karena pengaruh namanya,Purba.
                        ***
Walaupun gagal masuk ke PTN tahun ini,tetaplah semangat.Tuhan telah memilih kita untuk rencana-rencana yang luar biasa.Tetaplah optimis dan percaya diri di dalam Kristus.Kita aman dalam rencana Tuhan.
                      ***
Semoga nanti kita akan bertemu lagi sebagai rekan kerja,karena aku masih berharap pada mikrobiologi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar