Minggu, 13 Juli 2014

Cerita Pendek

Lima belas tahun yang lalu,dalam suasana dinginnya bulan desember,seorang wanita tengah berbunga-bunga hatinya.wanita itu berdandan hingga ia merasa ia sudah tidak bisa terlihat lebih cantik lagi.Wajahnya berseri-seri dan sebuah senyuman bahagia tak sekalipun terlihat tersesat dari dekapan wajahnya.Ia jadi terlihat seperti seikat bunga yang sedang mekar di tengah-tenagh pelabuhan.

Ketika mendengar suara kapal yang semakin mendekat,hatinya pun semakin gembira.Sungguh,kebahagiaan seorang atlet yang meraih medali emas pun tidak sebanding dengan kebahagiaannya saat itu.Ketika kapal mulai mendekati dermaga dan kemudian berlabuh,ia berlari menghampiri seorang pria yang juga cepat-cepat menghampiri wanita itu.Hasratnya untuk memeluk pria itu sangat besar sebelumnya,tetapi ketika ia melihat pria yang sudah lama dinanti-nantikannya,datang tak sendirian,kebahagiaan yang sedari tadi melekat membayangi setiap langkahnya,berevaporasi menjadi tumpukan kebingungan yang membuatnya 
bertanya-tanya.

Pria itu tersenyum bahagia ketika ia sampai di hadapan wanita itu,dia ingin memeluk wanita itu,tapi karena sesuatu dalam genggamannya,ia tidak bisa memeluknya.Sementara kebahagiaan di wajah wanita itu,perlahan-lahan mulai sirna.Bahkan senyuman pria itu pun tak sanggup di balasnya.

“Apa maksudmu?Aku sudah mengorbankan kebahagiaanku untuk menunggumu.aku membantah orangtuaku hingga mereka meninggal hanya untuk dirimu.Aku bahkan berdoa setiap hari untuk mu,supaya kau pulang kembali dan kita bisa hidup bersama dengan bahagia.Tapi sekarang,apa yang kau lakukan?..ah tidak.apa yang sudah kulakukan selama ini,aku menyia-nyiakan hidupku,bahkan orangtuaku hanya untuk dirimu...yang sudah menghianatiku!”     

Wanita itu menangis dan berteriak.Ia menangis sampai kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya.Ia terjatuh dan pria itu segera memegangi tangannya.

Aku minta maaf atas segalanya,aku mencintaimu,sangat mencintaimu…”. 

Wanita itu bangkit berdiri,melepaskan tangan pria itu.Ia mencoba berdiri tapi lututnya sudah tidak sanggup,lalu ia terjatuh di atas hamparan pasir.Tubuhnya yang tak berdaya menyenggol tangan pria itu,lalu sesuatu dalam balutan selimut yang didekap pria itu terjatuh bersama-sama dengan wanita itu.Keduanya menangis.Wanita itu memandangi bayi yang terjatuh itu,lalu ia menangis lagi sampai air matanya benar-benar tidak bisa berhenti mengalir.

Pria itu segera mengangkat bayi yang kedinginan.Air mata hangat sang pria membasahai wajah bayi tersebut dan sedikit menghangatkan tubuhnya.Kali ini pria itu tidak lagi menggenggam tangan sang wanita,tetapi dia memandangi lautan luas dengan hati yang hancur dan bersalah.

Lalu kenapa kau masih saja membalas surat-suratku dan sekarang kau malah datang ke hadapanku dengan bukti penghianatanmu!Apa kau sudah gila!Tidak bisakah kau berpura-pura melupakanku dan membuang semua surat-surat dari wanita bodoh ini?!”   

Wanita itu menangis sampai ia tidak bisa berbicara lagi,hatinya yang hancur tidak bisa lagi merangkai kata untuk melampiaskan kekecewaannya akan pria itu.

Pria itu lalu berlutut dan menatap sang wanita,

Bagaimana bisa aku berpura-pura melupakan hidupku sendiri..kau lebih berharga dari apa pun juga,aku tidak sanggup mengabaikanmu.aku tidak bisa hidup tanpa kta-kata cinta yang menari-nari dalam suratmu itu”   

 Wanita itu berbalik menatap wajah sang pria yang digenangi air mata 

Hentikanlah semua kebohongan mu itu,tidak ada orang yang pernah berkhianat pada hidupnya sendiri

 Ia berusaha menampar pria itu,tapi tangannya terlalu lemah untuk melukai orang yang dicintainya.

“Aku tidak pernah berkhianat..sedetik pun tidak pernah.bahkan memikirkannya saja pun aku tidak pernah.aku terlalu mencintaimu,aku tidak akan sanggup mengkhianatimu..percayalah padaku”

Sang pria meletakkan bayi itu disamping sang wanita.Lalu ia pergi berlari,berlari meninggalkan mereka berdua di tengah-tengah dermaga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar